Saturday, November 21, 2015

Budidaya Pala - Budidaya Petani.  Pada kesempatan kali ini blog Budidaya Petani akan membahas mengenai Cara Budidaya Pala dan beberapa informasi lain yang berhubungan dengan budidaya pala. Budidaya Pala banyak ditemui misalnya di daerah Sulawesi, Irian atau Aceh. Berikut artikel tentang budidaya tanaman pala tersebut.

Pala merupakan tanaman buah asli Indonesia yang berasal dari Banda dan Maluku.Tanaman pala memiliki beberapa jenis yaitu: Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, Myristica fattua Houtt, Myristica specioga Ware, Myristica Sucedona BL, Myristica malabarica Lam.
    Jenis pala yang banyak dibudidayakan adalah jenis Myristica fragrans, karena mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Manfaat pala adalah selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan juga kosmetik.
    • Kulit, batang dan daun pala : Batang pohon pala hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Sedangkan kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri
    • Fuli : Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut ?bunga pala?. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual di dalam negeri.
    • Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya.
    • Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kKristal daging buah pala.
    Iklim Untuk Budidaya Pala
    • Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang tinggi dan agak merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.
    • Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secara teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahan terhadap musim kering selama beberapa bulan.
    Media Tanam Pala
    • Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman pala tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organis yang tinggi.
    • Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5 ? 6,5. Tanaman ini peka terhadap gangguan air, maka untuk tanaman ini harus memiliki saluran drainase yang baik.
    • Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah tidak mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat teras-teras melintang lereng.
    Ketinggian Tempat Untuk Budidaya Pala
    • Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 m dpl. Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m, produksitivitas tanaman akan rendah.
    Perbanyakan bibit dengan biji dapat dilakukan dengan mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji yang digunakan berasal dari:
    • Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas dan pasti mengenai pohon induknya.
    • Biji terpilih: biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui dengan jelas. Dalam hal ini ada 3 macam biji terpilih, yaitu: 
    - biji legitiem, yaitu biji yang diketahui dengan jelas pohon induknya (asal putiknya jelas diketahui);
    - biji illegitiem, yaitu biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal putiknya jelas diketahui;
    - biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil persilangan dalam satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih.

    Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang benar-benar masak. Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat yaitu pohon dewasa yang tumbuhnya sehat; dan mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnya baik.

    Biji-biji dari pohon induk terpilih yang akan digunakan sebagai benih harus diseleksi, yaitu dipilih biji-biji yang ukurannya besar dengan bobot minimum 50 gram/biji, berbentuk agak bulat dan simetris, kulit biji berwarna coklat kehitam-hitaman dan mengkilat, tidak terserang oleh hama dan penyakit. Buah pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera diambil bijinya, paling lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudah disemaikan. Hal ini disebabkan oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya dapat cepat menurun.

    Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan melakukan penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk penyemaian harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang akan disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah yang sudah diolah tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi (sudah tidak mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah bedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecil yang berfungsi sebagai saluran drainase.
    Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan ukuran tinggi sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m. maksud pemberian peneduh ini adalah agar pesemaian hanya terkena sinar matahari pada pagi sampai menjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu persemaian itu terlindungi oleh peneduh.

    Tanah bedengan disiram air sedikit demi sedikit sehingga kebasahannya merata dan tidak sampai terjadi genangan air pada bedengan. Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan membenamkan biji pala sampai sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan tanah bedengan. Jarak persemaian antar-biji adalah 15X15 cm. Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putih pada kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama adalah menjaga tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram dengan air) dan menjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari gulma).

    Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibit pada pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong polybag yang berisi media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong polybag harus dilakukan secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak.

    Polybag yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya diberi atap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami.
    Pemeliharaan dalam polybag terutama adalah menjaga agar media tumbuhnya tetap bersih dari gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan tetap basah namun tidak tergantung air. Agar tidak tergenang air, bagian bawahnya dari polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air siraman/air hujan.
    Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni dengan pupuk TSP dan urea masing-masing sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh di atas permukaan media tumbuh kemudian langsung disiram. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3?5 batang cabang, maka bibit ini dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.

    Perbanyakan bibit tanaman pala dengan cara mencangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai sifat-sifat asli induknya-pohon yang dicangkok. Hal yang diperhatikan dalam memilih batang/cabang yang akan dicangkok adalah dari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu memproduksi buah cukup banyak, pohon yang sudah berumur 12?15 tahun. Batang yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.

    Cara mencangkok:
    • Batang dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar sepanjang 3?4 cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal batang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan dengan cara disisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut dibiarkan selama beberapa jam sampai kayunya yang tampak itu kering benar.
    • Ambillah tanah yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk kandang dalam keadaan basah dan menggumpal. Kemudian tanah tersebut ditempelkan/dibalutkan pada bagian batang yang telah dikuliti berbentuk gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabut kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang yang sudah dikuliti,
      maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali secara kuat pada bagian bawa, bagian tengah dan bagian atas. Bila menggunakan pembalut dari palstik, maka bagian atas dan bagian bawah harus diberi lubang kecil untuk memasukkan air siraman (lubang bagian atas) dan sebagai saluran drainase (lubang bagian bawah). Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka setelah 2 bulan akan tumbuh perakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk dipotong dan
      dipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan.
    3) Perbanyakan Bibit Pala Dengan Cara Peyambungan (Enten Dan Okulasi)
    Perbanyakan bibit pala dengan sistem penyambungan adalah menempatkan bagian tanaman yang dipilih pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga membentuk satu tanaman bersama. Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni:
    A. Penyambungan Pucuk (entern, grafting) : Penyambungan pucuk ini ada tiga macam yaitu :
    • Enten celah (batang atas dan batang bawah sama besar) 
    • Enten pangkas atau kopulasi 
    • Enten sisi (segi tiga)
    B. Penyambungan mata (okulasi) : Penyambungan mata ada tiga macam yaitu : 
    • Okulasi biasa (segi empat) 
    • Okulasi ?T? 
    • Forkert 
    • Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten atau okulasi itu dilakukan dan jika telah menunjukkan adanya pertumbuhan batang atas (pada penyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan okulasi), tanaman sudah dapat ditanam di lapangan.
    Perbanyakan Cara Penyusuan (Inarching Atau Approach Grafting). Dalam sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang atas harus sama besar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
    • Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama.
    • Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu.
    • Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat dengan kuat tali rafia.
      Setelah beberapa waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh bersama-sama seolah-olah batang bawah menyusu pada batang atas sebagai induknya. Dalam waktu 4?6 minggu, penyusuan ini sudah dapat dilihat hasilnya. Jika batang atas daun-daunnya tidak layu, maka penyusuan itu dapat dipastikan berhasil. Setelah 4 bulan, batang bagian bawah dan bagian atas sudah tidak diperlukan lagi dan boleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuh sempurna, maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah dapat ditanam di lapangan.

      Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang dengan 0,5% larutan hormaon IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya pada umur 4 bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya. Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup banyak. Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur. Penyetekan dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah terbentuk kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk kedua kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan kemudian sudah tampak perakaran.

      Kebun untuk tanaman pala perlu disiapkan sebaik-baiknya, di atas lahan masih terdapat semak belukar harus dihilangkan. Kemudian tanah diolah agar menjadi gembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam tanah) berjalan dengan baik. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau supaya proses penggemburan tanah itu dapat lebih efektif. Pengolahan tanah pada kondisi lahan yang miring harus dilakukan menurut arah melintang lereng. Pengolahan tanah dengan cara ini akan membentuk alur yang dapat mencegah aliran permukaan tanah/menghindari erosi. Pada tanah yang kemiringan 20% perlu dibuat teras-teras dengan ukuran lebar sekitar 2 m, dapat pula dibuat teras tersusun dengan penanaman sistem kountur, yaitu dapat membentuk teras guludan, teras kredit/teras bangku.

      Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agar bibit tanaman tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal dari biji dan sudah mempunyai 3?5 batang cabang biasanya sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat baik. Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai berikut: polybag (kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan kedalam lubang tanam dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawah permukaan lahan kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang tanam tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam lubang menjadi basah.
      Bila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam daun-daunnya harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah penguapan yang cepat. Lubang tanam untuk bibit pala yang berasal dari cangkang perlu dibuat lebih dalam. Hal ini dimaksudkan agar setelah dewasa tanaman tersebut tidak roboh karena sistem akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki akar tunggang. Setelah bibit di tanam, lubang tanam harus segera disiram supaya media tumbuhan menjadi basah. Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit-bibit pala yang berasal dari biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan satu bulan sebelum bibit ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubangan menjadi dayung (tidak asam), terutama jika pembuatannya pada musim hujan, lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk jenis tanah ringan dan ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat. Dalam menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan tanah ini mengandung unsur yang berbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian bagian bawah di masukkan lebih dahulu, kemudian menyusul tanah galian bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang secukupnya. Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah: pada lahan datar adalah 9x10 m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9x9 m.

      Untuk mencegah kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka perlu di usahakan tanaman pelindung yang pertumbuhannya cepat, misalnya tanaman jenis Clerisidae atau jauh sebelumnya bibit pala di tanam, lahan terlebih dahulu di tanami jenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa.
      • Penyulaman harus dilakukan dilakukan jika bibit tanaman pala itu mati/pertumbuhannya kurang baik.
      • Pada akhir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya segera dilakukan penyiraman agar pupuk dapat segera larut dan diserap akar. Pada waktu tanaman masih muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik ( pupuk kimia sama dengan pupuk buatan) yaitu berupa TSP, Urea dan KCl. Namun jika tanaman sudah dewasa/sudah tua, pemupukan yang dan lebih efektif adalah pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan.
      • Sebelum pemupukan dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam 10 cm dan lebar 20 cm secara melingkar di sekitar batang pokok tanaman selebar kanopi (tajuk pohon), kemudian pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit tersebut secara merata dan segera ditimbun tanah dengan rapat. Jika pemupukan di lakukan pada awal musim hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim hujan, maka untuk membantu pelarutan pupuk dapat dilakukan penyiraman, tetapi jika kondisinya masih banyak turun hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
        Hama dan Penyakit Tanaman Pala

        Hama 
        Penggerek batang. Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat mengalami kematian. Gejala: terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5?1 cm, di mana didapat serbuk kayu.  Pengendalian yang dilakukan
        • menutup lubang gerekan dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya.
        • memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron 199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala menggunakan alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 15?20 cc dan lubang tersebut segera ditutup kembali.
        Anai-Anai / Rayap. Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal batang dan akhirnya sampai ke dalam batang. Gejala: terjadinya bercak hitam pada permukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan. Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman yang diserang, insektisida disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes kedalam sarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh anai-anai tersebut.
        Kumbang Aeroceum fariculatus. Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji pala. Imagonnya menggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur akan menetas dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan. Pengendalian: mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya.

        Penyakit 
        Kanker batang. Gejala: terjadinya pembengkakan batang, cabang atau ranting tanaman yang diserang. Pengendalian: membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas bagian yang terserang dan dibakar.
        Belah putih. Penyebab: cendawan coreneum sp. yang dapat menyebabkan buah terbelah dan gugur sebelum tua. Gejala: terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklat-coklatan pada bagian kuliat buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan berwarna hitam. Pengendalian:
        • membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik; 
        • pengasapan dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram/tanaman.
        Rumah Laba-Laba. Menyerang cabang, ranting dan daun. Gejala: daun mengering dan kemudian diikuti mengeringnya ranting dan cabang. Pengendalian: memangkas cabang, ranting dan daun yang terserang, kemudian dibakar.
        Busuk buah kering. Penyebab: jamur Stignina myristicae. Gejala: berupa bercak berwarna coklat, bentuk bulat dan cekung dengan ukuran bercak bervariasi, yakni dari yang berukuran sangat kecil sampai sekitar 3 cm; pada kulit buah tampak gugusan-gugusan jamur berwarna hijau kehitam-hitaman dan akhirnya bercak-bercak tersebut terjadi kering dan keras. Pengendalian: kondisi kelembaban di sekitar pohon pala perlu dikurangi, misalnya dengan mengurang kerimbunan pohon-pohon lain di sekitar pala dengan memangkas sebagian cabang-cabangnya yang berdaun rimbun, kemudian tanah di sekitar pohon dibersihkan, tidak terdapat gulma atau tanaman-tanaman perdu lainnya; buah pala dan daun yang terserang penyakit ini segera dipetik dan dipendam dalam tanah; dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara yang rutin, yakni 2?4 minggu sekali, baik pada saat ada serangan maupun tidak ada serangan dari penyakit ini, fungsida yang dapat digunakan adalah yang mengandung bahan aktif mancozeb, karbendazim dan benomi.
        Busuk buah basah. Penyebab: jamur Collectotrichum gloeosporiodes, yang menyerang atau menginfeksi buah yang luka. Gejala: buah pala tampak busuk warna coklat yang sifatnya lunak dan basah; gejala ini timbul pada sekitar tangkai buah yang melekat pada buah sehingga buah mudah gugur. 
        Gugur buah muda. Gejala: adanya buah muda yang gugur. Penyebab: penyakit ini belum diketahui dengan jelas. Pengendalian: dengan mengkombinasikan (memadukan) antara pemupukan dan pemberian fungisida.

        Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 60?70 tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak (tua), yakni yaitu sekitar 6?7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut murai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah. Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panen raya/besar (pertengahan musim hujan); panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan panen kecil (akhir musim hujan). Panen buah pala pada permulaan musim hujan memberikan hasil paling baik (berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling tebal.

        Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnya diberi/dibentuk keranjang (jawa: sosok). Selain itu dapat pula dilakukan dengan memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah masak benar.

        Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu:
        • yang gemuk dan utuh;
        • yang kurus atau keriput; dan
        • yang cacat.
          Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai jemur/tempat lainnya. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang lebih tinggi akan mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala yang telah kering ditandai dengan terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan kocak dan kadar airnya sebesar 8?10 %.
          Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit buijinya pecah dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya tersebut disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya isi biji:
          • Besar: dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.
          • Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150 butir isi biji.
          • Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.
            Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji pala yang banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu:
            • Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur dinding/tembok).
            • Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur sampai 2?3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapur menyentuh semua isi biji.
            • Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk diangin-anginkan sampai kering.
              Setelah proses pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan terakhir untuk mencegah kemungkinan biji-biji pala tersebut cacat, misalnya pecah yang sebelumnya tidak diketahui.
              Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni dengan fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH3 B1) atau karbon bisulfida (CS2)

              Pengeringan Bunga Pala (Fuli) dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam, kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun tinggi pula.

              Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
              • Dengan tenaga manusia : Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan dengan cara memukulnya dengan kayu sampai tempurung tersebut pecah. Cara memecah tempurung biji pala memerlukan keterampilan khusus, sebab kalau tidak isi biji akan banyak yang rusak (pecah) sehingga kulitasnya turun.
              • Dengan mesin : Cara ini banyak digunakan petani pala. Secara sederhana dapat diterangkan bahwa mekanisme kerja dan alat ini sama dengan yang dilakukan oleh manusia, yakni bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yang tinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin adalah tenaga, waktu dan biaya operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis dari isi biji juga lebih kecil.
              Untuk menentukan kualitas dari inti biji pala yang dihasilkan, kriteria yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
              A. Pala kupas ABCD:
              • bji relatif berat
              • bentuknya sempurna dan tidak keriput
              • tidak diserang hama/penyakit
              • tidak pecah/rusak mekanis.
              B. Pala kupas RIMPEL:
              • biji relatif berat 
              • berkeriput 
              • tidak pecah  
              • tidak diserang hama/penyekit
              C. Pala kupas B.W.P.
              • berkeriput
              • ada kerusakan mekanis
              • diserang hama dan penyakit
              • ringan
                Dari hasil penyortiran kualitas biji tersebut, kita akan mendapatkan berat rata-rata yang berbeda, yakni:
                1. Pala kupas ABCD dalam satu sak berat (90 kg).
                2. Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat (80 kg).
                3. Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat (75 kg).
                Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli didasarkan pada warna, bentuk serta kematangan dari fuli. Kriteria kualitas fuli adalah:
                1. Fuli I (moce one): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli utuh; warnanya bagus (merah).
                2. Fuli II (moce two): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli tidak utuh lagi;
                3. Gruis I dan II: fuli hancur; lapuk dan mudah pecah; warnanya hitam.
                Khusus untuk Gruise II digunakan mesin penghancur untuk lebih menghaluskan fuli.
                Kualitas biji pala ditentukan oleh:
                1. Jarak tanam: jarak tanam bukan saja mempengaruhi kuantitas, tetapi menentukan kualitas pala yang dihasilkan. Dengan jarak tanam yang rapat biasanya kita akan dapatkan buah-buah yang kecil.
                2. Pemeliharaan: pemeliharaan juga mempengaruhi kualitas pala yang dihasilkan. Akibat dari pemeliharaan yang tidak baik buah pala mudah diserang oleh hama atau penyakit (terbelah putih) sehingga kualitas buah kurang baik.
                3. Cara pemetikan dan prosesing: buah yang dipetik pada waktu masih muda, biji dan fuli yang kita dapatkan kualitasnya akan rendah. Demikian pula dengan prosesing yang kurang baik, misalnya penjemuran yang dilakukan secara tergesa-gesa, biji pala yang dihasilkan tentu akan banyak yang pecah.
                Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
                • Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang diambil 5.
                • Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang diambil 7.
                • Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang diambil 9.
                • Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 10.
                • Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 15.
                • Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
                  Tujuan pengemasan adalah mencegah kerusakan produk hingga ke tangan konsumen. Pengemasan yang umum adalah dengan karung plastik karena dapat mencegah kerusakan dalam waktu yang relatif lama. Pengepakan biji dan fuli pala dilakukan secara sederhana. Pala yang telah disortir dipak dengan menggunakan karung goni berlapis dua. Rata-rata dari setiap kualitas
                  pala adalah sebagai berikut:
                  • Pala kupas ABCD dalam satu sak berat 90 kg.
                  • Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat 80 kg.
                  • Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat 75 kg.
                    Khusus untuk pengepakan fuli biasanya dilakukan dalam peti kayu (triplek) dengan berat rata-rata 70-75 kg/peti. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pengepakan adalah: fuli yang akan dipak harus difumigasi terlebih dahulu. Pemberian fumigant pada biji pala dan fuli harus dilakukan di suatu ruang yang tertutup rapat selama 2 x 24 jam. Fumigant yang biasa digunakan adalah Methyl Bromida. 

                    Demikian artikel tentang Cara Budidaya Tanaman/ Pohon/ Buah Pala , Semoga bermanfaat.
                    baca juga
                    Budidaya Alpukat


                    reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2012/08/budidaya-pala.html
                    Category: articles
                    Hama Penyakit Tanaman Kunyit - Budidaya Petani. Artikel berikut adalah tentang Hama Penyakit Yang Menyerang Tanaman Kunyit.

                    Hama Tanaman Kunyit
                    Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)
                    • Gejala: pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu & lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk.
                    • Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3.
                    Penyakit Tanaman Kunyit
                    Busuk bakteri rimpang
                    • Penyebab : oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terluka akibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan cendawan.
                    • Gejala: kulit akar tanaman menjadi keriput & mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk & keropos.
                    • Pengendalian: 1).mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang; 2). penyemprotanfungisida dithane M-45.
                    Karat daun kunyit
                    Penyebab : Taphrina macullans Bult & Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips. Gejala: timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman dewasa/ daun yang tua maka tdk akan.mempengaruhi produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati.
                    Pengendalian: 1).Dilakukan dgn mengurangi kelembaban; 2).Penyemprotan insektisida, seperti dgn agrotion 2 cc/liter atau dgn fungisida dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali

                    Gulma : Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, & gulma berdaun lebar lainnya. Pengendalian hama/penyakit secara organik : Dalam pertanian organik yang tdk menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dgn bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari serangan hama dan penyakittersebut yang dikenal dgn PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
                    • Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama & penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
                    • Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
                    • Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
                    • Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dgn tenaga manusia.
                    • Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dgn pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
                    • Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan & tdk menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
                    Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sbg pestisida nabati & digunakan dalam pengendalian hamaantara lain adalah:
                    • Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin utk insektisida kontak sbg fumigan atau racun perut. Aplikasi utk serangga kecil misalnya Aphids.
                    • Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sbg insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dgn semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
                    • Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yang mengandung rotenone utk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan & semprotan.
                    • Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
                    • Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sbg insektisida & larvasida.
                    • Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun serangga danpembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
                    Demikian artikel ttg Hama Penyakit Tanaman Kunyit, semoga Bermanfaat.
                    http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/03/hama-penyakit-tanaman-kunyit.html

                    Baca Juga:
                    Pedoman Budidaya Tanaman Kunyit
                    SYARAT PERTUMBUHAN KUNYIT
                    Kumis Kucing
                    Mangga


                    reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/03/hama-penyakit-tanaman-kunyit.html
                    Category: articles
                    JENIS TANAMAN JAMBU BIJI - Budidaya Petani. Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yg digemari orang & dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yg relatif lebih tinggi diantaranya:
                    1. Jambu sukun (jambu tanpa biji yg tumbuh secara partenokarpi & bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).
                    2. Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal & sedikit bijinya, rasanya agak hambar). Setelah diadakan percampuran dengan jambu susu rasanya berubah asam-asam manis.
                    3. Jambu merah.
                    4. Jambu pasar minggu.
                    5. Jambu sari.
                    6. Jambu apel.
                    7. Jambu palembang.
                    8. Jambu merah getas. Baca selengkapnya tentang budidaya jambu biji melalui link berikut >>
                      Budidaya Jambu Biji
                    Demikian artikel Jenis Jambu Biji, semoga bermanfaat.
                    http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/02/jenis-tanaman-jambu-biji.html

                    Baca juga:
                    Melon
                    Hama dan Penyakit Tanaman Melon
                    Budidaya Tanaman Melon

                    reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/02/jenis-tanaman-jambu-biji.html
                    Category: articles
                    Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk - Budidaya Petani. Dalam Budidaya Tanaman Jeruk biasanya tidak lepas dari yang namanya hama dan penyakit. Berikut adalah Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk.
                    Hama Tanaman Jeruk
                    1. Kutu loncat (Diaphorina citri.)
                      • Bagian yg diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.
                      • Gejala: tunas keriting, tanaman mati.
                      • Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yg terserang.
                    2. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
                      • Bagian yg diserang adalah tunas muda dan bunga.
                      • Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.
                      • Pengendalian: menggunakan insektisida dgn bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
                    3. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
                      • Bagian yg diserang adalah daun muda.
                      • Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
                      • Pengendalian: semprotkan insektisida dgn bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
                    4. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
                      • Bagian yg diserang adalah tangkai, daun dan buah.
                      • Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.
                      • Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).
                    5. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
                      • Bagian yg diserang adalah buah.
                      • Gejala: lubang yg mengeluarkan getah.
                      • Pengendalian: memetik buah yg terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yg disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
                    6. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
                      • Bagian yg diserang Helopeltis antonii.
                      • Gejala: bercak coklat kehitaman dgn pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yg menjadi nekrosis.
                      • Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).
                    7. Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
                      • Bagian yg diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.
                      • Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
                      • Pengendalian: gunakan insektisida dgn bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yg diserang.
                    8. Thrips (Scirtotfrips citri.)
                      • Bagian yg diserang adalah tangkai dan daun muda.
                      • Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.
                      • Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
                    9. Kutu dompolon (Planococcus citri.)
                      • Bagian yg diserang adalah tangkai buah.
                      • Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
                      • Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yg dapat memindahkan kutu.
                    10. Lalat buah (Dacus sp.)
                      • Bagian yg diserang adalah buah yg hampir masak.
                      • Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
                      • Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dgn Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.
                    11. Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
                      • Bagian yg diserang daun, buah dan tangkai.
                      • Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
                      • Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).
                    12. Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
                      • Bagian yg diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
                      • Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
                      • Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).
                    Penyakit Tanaman Jeruk
                    1. CVPD
                      • Penyebab: Bacterium like organism dgn vektor kutu loncat Diaphorina citri.Bagian yg diserang: silinder pusat (phloem) batang.
                      • Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
                      • Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yg terserang CVPD. Gunakan insektisida utk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yg baik.
                    2. Tristeza
                      • Penyebab: virus Citrus tristeza dgn vektor Toxoptera. Bagian yg diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
                      • Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
                      • Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yg terserang, kemudian kendalikan vektor dgn insektisida Supracide atau
                        Cascade.
                    3. Woody gall (Vein Enation)
                      • Penyebab: virus Citrus Vein Enation dgn vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yg diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour
                        Orange.
                      • Gejala: Tonjolan tidak teratur yg tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
                      • Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.
                    4. Blendok
                      • Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yg diserang adalah batang atau cabang.
                      • Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yg menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
                      • Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.
                    5. Embun tepung
                      • Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yg diserang adalah daun dan tangkai muda.
                      • Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
                      • Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).
                    6. Kudis
                      • Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yg diserang adalah daun, tangkai atau buah.
                      • Gejala: bercak kecil jernih yg berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
                      • Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
                    7. Busuk buah
                      • Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yg diserang adalah buah.
                      • Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
                      • Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
                    8. Busuk akar dan pangkal batang
                      • Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yg diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.
                      • Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering.
                      • Pengendalian: pengolahan dan pengairan yg baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.
                    9. Buah gugur prematur
                      • Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yg diserang: buah dan bunga
                      • Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.
                      • Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.
                    10. Jamur upas
                      • Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yg diserang adalah batang.
                      • Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.
                      • Pengendalian: kulit yg terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yg terinfeksi.
                    11. Kanker
                      • Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yg diserang adalah daun, tangkai, buah.
                      • Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dgn diameter 3-5 mm.
                      • Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu utk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dgn mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.
                    Demikian artikel tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk, semoga bermanfaat.

                    Baca Juga:
                    PEDOMAN BUDIDAYA JERUK
                    SYARAT TUMBUH TANAMAN JERUK
                    JENIS TANAMAN JERUK




                    reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/02/hama-dan-penyakit-tanaman-jeruk.html
                    Category: articles
                    Manfaat dan Khasiat Anggur Hitam - Budidaya PetaniManfaat Anggur Hitam dikenal mempunyai serat dan antioksidan yang tinggi sehingga bermanfaat bagi tubuh sebagai sumber energi dan mencegah radikal bebas dari polusi udara. Manfaat Anggur Hitam lainnya adalah dapat mencegah penuaan dini.
                    Manfaat Anggur Hitam
                    Manfaat Anggur Hitam
                    Vitamin pada anggur dan Kandungan Buah Anggur
                    • vitamin C
                    • vitamin E
                    • vitamin A
                    • vitamin B (thiamin)
                    • vitamin K (kalium)
                    • 100gr buah anggur hitam mengandungi hanya 30 kalori
                    • Anggur hitam mempunyai kandungan vitamin, mineral, bahan antioksida lebih tinggi berbanding 20 buah lain yang telah diuji
                    • Semua vitamin tersebut sangat besar fungsinya bagi pertahanan tubuh manusia
                    Manfaat Buah Anggur untuk Organ Ginjal dan Asam Urat
                    •   Buah anggur juga bermanfaat bagi kesehatan penderita sakit ginjal, asam urat, dan radang sendi.
                    Manfaat Buah Anggur untuk Organ Pankreas dan Diabetes
                    • Buah yang sehat untuk pankreas juga akan membantu mengurangi kadar gula darah yang tinggi. Jadi anggur hitam juga bermanfaat bagi kesehatan penderita diabetes.
                    Manfaat Buah Anggur untuk Penyakit jantung.
                    • Buah anggur sangat baik untuk penderita penyakit jantung, karena Tingkat oksida nitrat dalam darah akan meningkat ketika mengonsumsi buah anggur, yang bermanfaat untuk mencegah pembekuan dan mengurangi risiko penyakit jantung. Antioksidannya juga dapat menghentikan oksidasi kolesterol LDL yang menghambat pembuluh darah.
                    Manfaat Buah Anggur untuk Gangguan ginjal
                    • Manfaat buah anggur dapat membantu menyingkirkan asam berlebih pada fungsi ginjal anda.
                    Manfaat Buah Anggur untuk Pencernaan
                    • Buah anggur dapat untuk mengatasi  gangguan pencernakan, seperti perut kembung, sembelit, sering buang air besar sebab buah anggur mengandung asam organik, gula, selulosa yang dikenal sebagai pencahar yang bagus.
                    Manfaat Buah Anggur untuk Kelelahan
                    • Dengan minum jus buah anggur akan membantu anda dalam mengusir kelelahan, sebab jus sebagai minuman instan yang bisa kapan saja dibuat dan dibeli, sangat efektif mengusir lelah karena jus anggur sangat kaya kan zat besi.
                    Manfaat Buah Anggur untuk Migrain
                    •   Jus murni anggur disetiap pagi hari dapat membantu penyembuhan migrain secara alami.
                    Manfaat Buah Anggur untuk Asma
                    • Asma kerap kali menyerang disebabkan karena tenjadinya penyempitan pada saluran pernafasan. Buah anggur merupakan soluli terbaik untuk mengatasi masalah asma atau sesak nafas, sebab anggur mempunyai kekuatan assimilatory yang berfungsi meningkatkan kadar air dalam paru-paru.
                    Manfaat Buah Anggur Kanker Payudaya
                    • Dalam sebuah penelitian menunjukan bahwa buah anggur yang berwarna unggu bisa mencegah kanker payudara secara signifikan.
                    Manfaat Buah Anggur untuk Antibakteri
                    • Buah Anggur bisa melindungi tubuh dari infeksi berbahaya karena memiliki kandungan antibakterial dan antivirus yang cukup kuat.  
                    baca juga tentang  
                    Budidaya Anggur 
                    Manfaat Buah Anggur untuk Ibu Hamil


                      reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2012/08/manfaat-dan-khasiat-anggur-hitam.html
                      Category: articles
                      Duku - Budidaya Petani. Artikel yang berhubungan dengan Duku antara lain:
                      1. Duku
                      2. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/duku.html
                      3. Manfaat Tanaman dan Buah Duku
                      4. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/manfaat-tanaman-dan-buah-duku.html 
                      5. Iklim Yang Cocok Untuk Budidaya Buah Duku
                      6. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/iklim-yang-cocok-untuk-budidaya-buah.html 
                      7. Media Tanam Buah Duku
                      8. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/media-tanam-buah-duku.html 
                      9. Ciri - Ciri Benih/ Bibit Duku Berkualitas Baik
                      10. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/ciri-ciri-benih-bibit-duku-berkualitas.html 
                      11. Pengolahan Media Tanam Duku
                      12. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/pengolahan-media-tanam-duku.html 
                      13. Teknik Menanam Buah Duku
                      14. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/teknik-menanam-buah-duku.html 
                      15. Cara Memelihara Tanaman Duku
                      16. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/cara-memelihara-tanaman-duku.html 
                      17. Hama dan Penyakit Tanaman Duku
                      18. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/hama-dan-penyakit-tanaman-duku.html
                      19. Budidaya Buah Duku 
                      20. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/budidaya-duku.html 


                      reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/duku.html
                      Category: articles
                      Hama dan Penyakit Tanaman Kina - Budidaya Petani. Berikut adalah beberapa Hama dan Penyakit yang biasa menyerang tanaman kina antara lain.

                      Hama Kina
                      Ulat : Ulat yg menyerang daun atau ranting muda adalah:
                        1. Ulat jeungkal (Boarmia bhurmitra, Antitrygoides divisaria, Hyposidra talaca) dikendalikan dengan insektisida Thiodan 35 EC;
                        2. Ulat sinanangkeup (Paralebeda plagifera) dikendalikan dengan Dedevap 650 EC;
                        3. Ulat bugrug (Metanastria hirtaca) dikendalikan dengan Lebaycid 550 EC;
                        4. Ulat badori (Attacus atlas), dikendalikan dengan Baythroid 50 EC;
                        5. Ulat kaliki (Samia cyntia) dikendalikan dengan Bayrusil 250 EC;
                        6. Ulat kenari (Cricula trifenestrata) dikendalikan dengan Karphos 25 EC;
                        7. Ulat bajra (Setora nitens) dikendalikan dengan Lannate L;
                        8. Ulat kantong (Clania variegata) dikendalikan dengan Decis 2,5 EC, Thuricide, Ripcord 5 EC;
                        9. Ulat merang (Euproctis flexuosa) dikendalikan dengan Lannate 25 WP; Pengendalian mekanis: dilakukan dengan mengumpulkan telur, kupu serta telur-telurnya, kemudian dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.
                      Penggerak cabang merah. Gejala: menyerang cabang & ranting hingga layu & mudah patah. Pada ranting patah ada lubang gerekan. Pengendalian: memangkas cabang atau ranting yg terserang. 
                      Penggerek pangkal batang (Phasus damor).  Gejala: kerusakan pada leher akar, daun kuning atau kemerahan, layu, kering, rontok & tanaman mati.Pengendalian: menanam bibit yg sehat & insektisida.
                      Penggerek cabang (Xyleberus. Sp). Gejala: pada ranting, cabang atau batang terlihat adanya tahi gergaji yg halus. Hama ini berasosiasi dengan jamur ambrosia.  Pengendalian: menyemprot larutan fungisida sistemik & insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 W).
                      Penggerek pucuk.Gejala: bekas serangan menyebabkan pucuk berwarna coklat & mati.Pengendalian: penyemprotan dengan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 WP.
                      Kutu putih.Gejala: menyerang ranting & mengisap cairan selnya, ranting menjadi berwarna putih & dihuni oleh hewan kecil lonjong. Hama ini tidak menimbulkan kerugian & serangan akan hilang dengan datangnya musim hujan.
                      Helopeltiss. Gejala: daun & pucuk yg terserang menjadi salah bentuk. Pada serangan berat tanaman mati & dari jauh bagian daun kebun kina kelihatan warna kehitam-hitaman. Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida Lannate L, Lannate 25 WP, Lebaycid 550 WP.
                      Penyakit Kina
                      1. Kanker batang
                        • Penyebab: jamur Phytophthora Sp. Terdapat tiga spesies jamur kanker batang yaitu:
                          1. P. cinnamomi penyebab kanker garis, serangannya di Indonesia sangat luas.
                          2. P. parasitica penyebab kanker gelang, serangannya relatif sedikit.
                          3. P. citricola hanya menyerang tunas-tunas kina muda, serangannya juga terbatas. Kanker garis membentuk jalur sempit yg mengendap pada kulit batang.
                        • Gejala: berbeda-beda tergantung umur & klon. Kanker gelang membentuk warna karat pada permukaan kulit batang. Jika kulit luar dikupas tanpak
                          bahwa kulit bagian dalam membusuk. Pembusukan ini berkembang melingkari batang yg dpt menyebabkan tanaman mati.
                        • Pengendalian: kulit yg sakit dikorek, jaringan busuk dipotong sampai ke bagian sehat & dilumasi Antimucin WBR 0,5% & Difolatan 4F 3%. Setelah obat mengering luka ditutupi dengan petrolatum 2295 A, Shell Tapflux atau.Shell Otina Compound. Permukaan kayu yg terbuka ditutup ter utk mencegah masuknya kumbang penggerek.
                      2. Penyakit jamur upas (Upasia salmonicolor)
                        • Gejala: sebelum mengering daun-daun dari cabang yg sakit berwarna kuning kemerahan. Pada batang atau cabang terdapat benang-benang jamur
                          yang belum masuk ke dalam kulit, & mirip dengan sarang laba-laba.
                        • Pengendalian: menyemprotkan bubur Bordeaux. dpt juga dilakukan pelumasan dengan bubur bordeaux pekat, Perenox 3%, Calixin Ready mix atau Calixin RM (tridemorf) dengan menggunakan kuas.
                      3. Penyakit mopog (Rhizoctonia solani)
                        • Gejala: di bedengan-bedengan pesemaian terdapat kelompok-kelompok semai yg mati seperti tersiram air panas.
                        • Pengendalian : dengan mengurangi kelembaban persemaian, menyemprotkan fungisida pada tanah bedengan berupa Brassicol sebanyak 30 g/m 2 dan
                          mengurangi penyiraman. Persemaian dpt disemprot dengan Dithane M-45 atau Brestan 0,05%.
                      Gulma. Gulma di areal tanam terdiri atas golongan rumput-rumputan seperti lempuyangan (Panicum repens) & paparean (Phalaris arundinaceae); golongan berdaun lebar seperti sintrong (Crassocephalum crepidioides) & babadotan (Ageratum conyzoides). Pengendalian: dengan memperbaiki kultur teknis, menyiangi/mencabut, menggunakan tanaman penutup tanah lebum & dengan herbisida pra tumbuh & purna
                      tumbuh.
                      Pengendalian hama/penyakit secara organic
                      Dalam pertanian organik yg tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yg ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari serangan hama & penyakit tersebut yg dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
                      Terpadu) yg komponennya adalah sbb:

                      • Mengusahakan pertumbuhan tanaman yg sehat
                      • Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
                      • Menggunakan varietas-varietas unggul yg tahan terhadap serangan hama & penyakit.
                      • Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
                      • Menggunakan teknik-teknik budidaya yg baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yg saling menunjang, serta.rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus penyebaran hama & penyakit potensial.
                      • Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yg ramah lingkungan & tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yg dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yg diperoleh dari hasil pengamatan.

                      Beberapa tanaman yg dpt dimanfaatkan sbg pestisida nabati & digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
                      • Tembakau (Nicotiana tabacum ) yg mengandung nikotin utk insektisida kontak sbg fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
                      • Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yg mengandung piretrin yg dpt digunakan sbg insektisida sistemik yg menyerang urat syaraf pusat yg aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
                      • Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yg mengandung rotenone utk insektisida kontak yg diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
                      • Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yg mengandung azadirachtin yg bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
                      • Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yg dpt digunakan sbg insektisida & larvasida.
                      • Jeringau (Acorus calamus) yg rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun serangga & pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus. Selengkapnya tentang budidaya tanaman kina ada di Budidaya Kina
                       Artikel Lainnya: 
                       Budidaya Buah Rambutan
                       Cara Budidaya Cabe
                       Budidaya Jambu Biji

                      reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/05/hama-dan-penyakit-tanaman-kina.html
                      Category: articles