Monday, November 23, 2015

Budidaya Temulawak - Budidaya Petani. Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara Eropa.

Budidaya Temulawak

Budidaya Temulawak

1. URAIAN TANAMAN TANAMAN TEMULAWAK
1.1 Klasifikasi
  • Divisi : Spermatophyta
  • Sub divisi : Angiospermae
  • Kelas : Monocotyledonae
  • Ordo : Zingiberales
  • Keluarga : Zingiberaceae
  • Genus : Curcuma
  • Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
1.2 Deskripsi
Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 ? 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 ? 84cm dan lebar 10 ? 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 ? 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 ? 23cm dan lebar 4 ? 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 ? 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 ? 2cm dan lebar 1cm.

2. MANFAAT TANAMAN TEMULAWAK
Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba.

3. SENTRA PENANAMAN TEMULAWAK
Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap daerah pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.

4. SYARAT PERTUMBUHAN
  1. Iklim
    • Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
    • Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 o C.
    • Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
  2. Media Tanam : Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.
  3. Ketinggian Tempat : Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada etinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.
5. PEDOMAN BUDIDAYA TEMULAWAK
  1. Pembibitan : Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpang-rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.
    1. Persyaratan Bibit : Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12 bulan.
    2. Penyiapan Bibit : Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.
      • Bibit rimpang induk : Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.
      • Bibit rimpang anak : Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai.keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam. Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat penyimpanan.
  2. Pengolahan Media Tanam
    • Persiapan Lahan : Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
    • Pembukaan Lahan : Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur.
    • Pembentukan Bedengan : Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam di musim hujan.
    • Pemupukan Organik (sebelum tanam) : Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman.
  3. Teknik Penanaman
    • Penentuan Pola Tanaman : Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan banyak air.
    • Pembutan Lubang Tanam : Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
    • Cara Penanaman : Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm..
    • Perioda Tanam : Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
  4. Pemeliharaan Tanaman
    1. Penyulaman : Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.
    2. Penyiangan : Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air. Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.
    3. Pembubunan : Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpang-rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik. Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah dilakukan penyiangan.
    4. Pemupukan :
      1. Pemupukan Organik : Pada pertanian organic yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organic atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 ? 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 ? 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 ? 3 bulan, 4 ? 6 bulan, dan 8 ? 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 ? 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
      2. Pemupukan Konvensional :
        • Pemupukan Awal.Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.
        • Pemupukan Susulan : Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.
    5. Pengairan dan Penyiraman : Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.
    6. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
    7. Pemulsaan : Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.
6. HAMA DAN PENYAKIT TEMULAWAK
  1. Hama : Hama temulawak adalah:
    1. Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.),
    2. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan
    3. Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart).
      • Pengendalian: penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
  2. Penyakit.
    1. Jamur Fusarium
      • Penyebab: F. oxysporum Schlecht dan Phytium sp. serta bakteri Pseudomonas sp. Berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen.
      • Gejala: Fusarium menyebabakan busuk akar rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk.
      • Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat dipakai adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
    2. Penyakit layu
      • Penyebab: Pseudomonas sp.
      • Gejala: kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah.
      • Pengendalian: dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.
  3. Gulma : Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
  4. Pengendalian hama/penyakit secara organik : Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
    • Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
    • Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
    • Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
    • Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
    • Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
    • Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
  • Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
  • Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
  • Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
  • Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
  • Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
  • Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
    7. PANEN TEMULAWAK
    • Ciri dan Umur Panen : Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
    • Cara Panen.: Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan rimpangnya.
    • Periode Panen : Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
    • Perkiraan Hasil Panen : Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.
      8. PASCAPANEN TEMULAWAK
      • Penyortiran Basah dan Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadahplastik/ember.
      • Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm ? 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
      • Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari.dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 o C - 60 o C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
      • Penyortiran Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
      • Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
      • Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30 o C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
        Demikian Artikel Budidaya Tanaman Temulawak, semoga dapat memberi manfaat

         Artikel Lainnya:
         Budidaya Stroberi


        reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/09/budidaya-temulawak.html
        Category: articles
        Cara budidaya buah blewah dan cara perawatannya


        Sekilas Mengenal Buah Blewah

        Blewah adalah buah yang banyak digunakan sebagai campuran minuman yang memberikan kesegaran. Dikarenakan kesegarannya, blewah sering sekali muncul pada momen bulan Ramadhan di mana buah tersebut digunakan sebagai campuran minuman berbuka puasa. Pada umumnya, blewah berbentuk bulat besar, namun ada juga yang berbentuk lonjong memanjang dengan warna jingga dan bercak kehijauan. Di dalamnya, buah blewah memiliki biji dengan daging buah berwarna jingga. Blewah banyak ditemukan di pasar tradisional. Tak jarang pula petani yang membudidayakan tanaman blewah. Blewah baik untuk dikonsumsi dikarenakan serat makanan, provitamin A, dan mineral kalium yang terkandung di dalamnya.

        Cara Budidaya Blewah

        Cara budidaya blewah tidaklah susah, namun sangatlah mudah, efisien, dan tidak memerlukan biaya banyak. Cara menanam blewah kurang lebih sama dengan penanaman semangka. Teknik budidaya dimulai dengan penyiapan lahan tanah yang telah dilubangi. Akan lebih baik jika tanah tersebut juga dibajak. Kemudian, tanah tersebut diberi pupuk kandang. Untuk menjaga kadar kelembaban tanah, dolomit bisa digunakan setelah penaburan pupuk kandang. Kadar kelembaban tanah sebaiknya dijaga untuk mendapatkan kualitas tumbuhan yang baik. Selanjutnya, tanah diberi pupuk kimia dengan dosis 200 kg per hektar. Sebaiknya hal ini juga diperhatikan karena penggunaan dosis berlebih juga tidak baik untuk tanaman tersebut.

        Penanaman Blewah

        Sementara itu, di tempat lain, benih blewah yang akan ditanam sebaiknya disiapkan terlebih dahulu. Benih blewah direndam dengan air selama kurang lebih 24 jam. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga benih agar tidak mengalami kekeringan. Jika benih blewah tidak direndam, maka biji tersebut bisa menjadi kering dan tidak akan bisa tumbuh menjadi buah setelah ditanam. Setelah direndam selama satu hari, benih segera dibawa ke lahanpenanaman. Cara tanam blewah adalah dengan menaburkan dua atau tiga benih blewah ke dalam lubang tanah. Kemudian, lubang tanah yang telah dimasuki benih blewah tersebut ditimbun kembali dengan tanah. Jarak tanam adalah 70 cm untuk memberi celah ketika buah blewah telah tumbuh.

        Perawatan Tanaman Blewah

        Agar mendapatkan hasil tanaman blewah yang berkualitas, perawatan blewah harus dilakukan dengan baik. Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari, 20 hari, dan 35 hari. Pupuk yang digunakan harus dicampur dengan air. Setelah itu, pupuk yang telah bercampur dengan air itu bisa disiramkan ke seluruh tanaman blewah secara merata. Baik pupuk kandang seperti kotoran ayam dan sisa dedaunan maupun pupuk kimia seperti urea bisa digunakan untuk pemupukan blewah. Jika perawatan tidak dilakukan dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan tanaman akan terserang penyakit yang nantinya akan membuat kualitas buah yang dihasilkan menjadi buruk. Petani blewah kemungkinan juga akan mengalami kerugian.

        Panen

        Buah blewah mulai bisa dipanen ketika telah berumur 50 hari. Dua kali panen bisa terjadi dalam sekali tanam. Jika penanaman dan perawatan dilakukan dengan maksimal, maka buah yang dihasilkan juga akan baik dan tidak cacat. Setelah dipanen, blewah bisa mulai dijual ke pasar-pasar tradisional, atau bisa juga ke luar kota untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak. Pembudidayaan blewah bisa dilakukan di mana saja, tanpa mengenal jenis tanah maupun iklim daerah di tempat pembudidayaan. Yang paling penting adalah bagaimana cara merawat blewah yang baik agar hasil yang didapatkan juga bisa maksimal dan menguntungkan. Hal ini juga bisa dilakukan siapa saja karena proses pembudidayaannya sangatlah mudah.

        sumber: http://agraris.adakata.com


        reff : http://sukacai.blogspot.com/2013/07/cara-budidaya-buah-blewah-dan-cara-perawatannya.html
        Category: articles
        Khasiat dan Manfaat Andong - Budidaya Petani. Berikut adalah Khasiat dan Manfaat dari Andong.

        Khasiat dan Manfaat Andong

        Penyakit Yang Dapat Diobati :
        SIFAT KHAS Mendinginkan. KHASIAT Hemostatik dan anti bengkak.
        KEGUNAAN:

        1.Batuk darah.
        2.Disentri.
        3.Haid terlalu banyak.
        4.Wasir berdarah.

        RAMUAN DAN TAKARAN
        Batuk Darah, Haid terlalu banyak
        Ramuan:
        Daun Andong segar        5 helai
        Air                                    secukupnya

        Cara pembuatan:
        Dibuat infus, diseduh, atau dipipis.

        Cara pemakaian:
        Diminum 1 kali sehari 100 ml. Untuk pipis, diminurn 1 kali sehari 1/4 cangkir.

        Lama pengobatan:
        Diulang sampai sembuh.

        Wasir
        Ramuan:
        Daun Andong segar    3 helai
        Daun Wungu segar    7 helai
        Air matang                 secukupnya

        Cara pembuatan:
        Dipipis.

        Cara pemakaian:
        Diminum 2 kali sehari, pagi dan sore, tiap kali minum 1/4 cangkir.

        Lama pengobatan:
        Diulangi selama 14 hari.

         Artikel Lainnya:
         Manfaat dan Khasiat Alpokad
         Manfaat dan Khasiat Akar Wangi
         Manfaat dan Khasiat Akar Manis
         Manfaat dan Khasiat Ajeran
         Manfaat dan Khasiat Alang alang


        reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/10/khasiat-dan-manfaat-andong.html
        Category: articles
        Budidaya Tanaman Kunyit - Budidaya Petani. Kunyit yang kita kenal adalah sebagai tanaman obat dan sebagai bumbu dapur, tetapi tidak semua orang tahu bagai mana cara membudidayakan tanaman kunyit tersebut. Berikut adalah Teknik Cara Budidaya Tanaman Kunyit, semoga menambah pengetahuan kita, khususnya saya pribadi.

        1. SEJARAH SINGKAT KUNYIT
        Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak & bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur & liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum & Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sbg Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, & sedikit pedas, tetapi tdk beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), & Filipina. 
        Cara Budidaya Tanaman Kunyit
        Cara Budidaya Tanaman Kunyit

        2. URAIAN TANAMAN KUNYIT
        2.1 Klasifikasi
        • Divisio : Spermatophyta.Sub-diviso : Angiospermae
        • Kelas : Monocotyledoneae
        • Ordo : Zingiberales
        • Famili : Zungiberaceae
        • Genus : Curcuma
        • Species : Curcuma domestica Val.
        2.2 Deskripsi
        Tanaman kunyit tumbuh bercabang dgn tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dgn warna hijau kekuningan & tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm & pertulangan menyirip dgn warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut & bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dgn mahkota sekitar 3 cm & lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung & pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.

        2.3 Jenis Tanaman Kunyit
        Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit lainnya.

        3. MANFAAT TANAMAN KUNYIT
        Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sbg ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, & menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sbg bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu & kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sbg anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, & menurunkan kadar lemak darah & kolesterol, serta sbg pembersih darah.

        4. SENTRA PENANAMAN KUNYIT
        Di Indonesia, sentra penanaman kunyit di Jawa Tengah, dgn produksi mencapai 12.323 kg/ha. Di India, Srilanka, Cina, Haiti, & Jamaika dgn produksi mencapai > 15 ton/ha.

        5. SYARAT PERTUMBUHAN KUNYIT
        1. Iklim.
          1. Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
          2. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup & tertata baik. Budidaya Kunyit dpt dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.
          3. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30°C.
        2. Media Tanam
          1. Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dgn baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
          2. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dgn bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.
        3. Ketinggian Tempat : Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.
        Cara Budidaya Tanaman Kunyit
        Cara Budidaya Tanaman Kunyit
          6. PEDOMAN BUDIDAYA KUNYIT
          1. Pembibitan
            1. Persyaratan Bibit : Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak & hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, & warna seragam; memiliki kadar air cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).
            2. Penyiapan Bibit : Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran & dgn berat yang seragam serta utk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dgn abu dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dgn larutan fungisida (benlate & agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1-3 mata tunas, dgn berat antara 20-30 gram & panjang 3-7 cm.
            3. Teknik Penyemaian Bibit.Pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dgn cara : mengangin-anginkan rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dgn penyiraman 2 kali sehari (pagi & sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28°C). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28°C. & merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) & larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35°C. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dgn jalan direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.
            4. Pemindahan Bibit Kunyit: Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm maka rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari agar tunas yang telah tumbuh tdk rusak. Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dgn hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu utk memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dgn lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab & segar ketika tiba di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.
          2. Pengolahan Media Tanam
            1. Persiapan Lahan : Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan utk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
            2. Pembukaan Lahan : Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma & dicangkul secara manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil & sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap & bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.
            3. Pembentukan Bedengan : Lahan kemudian dibedeng dgn lebar 60-100 cm & tinggi 25-45 cm dgn jarak antar bedengan 30-50 cm.
            4. Pemupukan (sebelum tanam) : utk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, & aerasi yang lancar, dilakukan dengan.menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam & dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.
          3. Teknik Penanaman : Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha.
            1. Penentuan Pola Tanaman : Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dgn arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dgn dua pola, yaitu penanaman di awal musim hujan dgn pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan & pemanenan dilakukan dgn dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.
            2. Pembutan Lubang Tanam : Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dgn ukuran lubang 30 x 30 cm dgn kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
            3. Cara Penanaman : Teknik penanaman dgn perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan & vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan rimpang kunyit.
            4. Perioda Tanam : Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak utk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 ? 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.
          4. Pemeliharaan Tanaman
            1. Penyulaman : Apabila ada rimpang kunyit yang tdk tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar & sehat.
            2. Penyiangan : Penyiangan & pembubunan perlu dilakukan utk menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air, unsur hara & mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dgn pemupukan & penggemburan tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ? bulan & bersamaan dgn ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar tumbuh besar & tanah tetap gembur.
            3. Pembubunan : Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini diperlukan utk menimbun kembali daerah perakaran dgn tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat utk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang akan tumbuh subur & bercabang banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan & biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 ? 4 bulan sekali.
            4. Pemupukan :
              1. Pemupukan Organik : Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, & luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha dgn populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.
              2. Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang & pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; & ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. dgn pemberian pupuk ini diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan dgn pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dgn ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur & ditanam di sela-sela tanaman.
            5. Pengairan & Penyiraman : Tanaman kunyit termasuk tanaman tdk tahan air. Oleh sebab itu drainase & pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak.membusuk. Perbaikan drainase baik utk melancarkan & mengatur aliran air serta sbg penyimpan air di saat musim kemarau.
            6. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
            7. Pemulsaan : Sedapat mungkin pemulsaan dgn jerami dilakukan diawal tanam utk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tdk gembur/padat) & mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.
          7. HAMA & PENYAKIT
            A. Hama
              Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.). Gejala: pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu & lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk. Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3. 

               B. Penyakit
                Busuk bakteri rimpang : Gejala: kulit akar tanaman menjadi keriput & mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk & keropos. Pengendalian: mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang;penyemprotanfungisida dithane M-45.

                Karat daun kunyit. Penyebab : Taphrina macullans Bult & Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips. Gejala: timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman dewasa/ daun yang tua maka tdk akan.mempengaruhi produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati. Pengendalian: Dilakukan dgn mengurangi kelembaban;Penyemprotan insektisida, seperti dgn agrotion 2 cc/liter atau dgn fungisida dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali.

                Gulma : Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, & gulma berdaun lebar lainnya.
                Pengendalian hama/penyakit secara organik : Dalam pertanian organik yang tdk menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dgn bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari serangan hama & penyakit tersebut yang dikenal dgn PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
                • Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama & penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
                • Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
                • Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama & penyakit.
                • Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dgn tenaga manusia.
                • Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dgn pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus penyebaran hama & penyakit potensial.
                • Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan & tdk menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. 
                Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
                Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sbg pestisida nabati & digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
                1. Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin utk insektisida kontak sbg fumigan atau racun perut. Aplikasi utk serangga kecil misalnya Aphids.
                2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sbg insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dgn semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
                3. Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yang mengandung rotenone utk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan & semprotan.
                4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
                5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sbg insektisida & larvasida.
                6. Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun serangga danpembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
                8. PANEN
                1. Ciri & Umur Panen : Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar & lebih banyak bila dibandingkan dgn masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dgn berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun & batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).
                2. Cara Panen : Pemanenan dilakukan dgn cara membongkar rimpang dgn cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang & daun dibuang terlebih dahulu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tdk rusak.
                3. Periode Panen : Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringannya.
                4. Perkiraan Hasil Panen : Berat basah rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen mencapai 0,71 kg. Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton.
                9. PASCAPANEN.
                1. Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan utk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik utk pencucian. Pencucian dilakukan dgn air bersih, jika perlu disemprot dgn air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya & jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas & senyawa aktif yang terkandung didalam tdk larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran & banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
                2. Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dgn pisau stainless steel & alasi bahan yang akan dirajang dgn talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dgn ketebalan kira-kira 5 mm ? 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dgn mesin pemotong.
                3. Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dgn 2 cara, yaitu dgn sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dgn sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tdk saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab & dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 o C - 60 o C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven & pastikan bahwa rimpang tdk saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
                4. Penyortiran Kering : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dgn cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
                  (untuk menghitung rendemennya).
                5. Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang.menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya.
                6. Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tdk lembab & suhu tdk melebihi 30 o C & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tdk bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang. 
                Demikian artikel tentang  Cara Budidaya Tanaman Kunyit, semoga bermanfaat.
                http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/02/budidaya-tanaman-kunyit-lengkap.html
                 
                Kata Terkait Cara Budidaya Tanaman Kunyit : daun kunyit, curcuma longa, kegunaan kunyit, kunyit asem, kunyit dan manfaatnya, budidaya kunyit, gambar kunyit, fungsi kunyit, nama latin kunyit, kandungan kunyit, kunyit asam, klasifikasi kunyit, Kunyit Putih, manfaat kunyit putih, khasiat kunyit putih, kunyit putih, Manfaat, manfaat kunyit untuk kesehatan, manfaat kunyit, tumbuhan kunyit, kunyit pdf, Khasiat, khasiat kunyit untuk kesehatan, khasiat kunyit asam, khasiat kunyit, jamu kunyit, jamu kunyit asam, tanaman kunyit.

                 Artikel Lainnya:
                 Budidaya Tanaman Kumis Kucing
                 Budidaya Tanaaman Manggis


                reff : http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/02/budidaya-tanaman-kunyit-lengkap.html
                Category: articles
                Lingkungan tumbuh yang cocok untuk tanaman melati yaitu iklim panas tropik dan lebih disenangi pada tanah yang ringan dan berdrainase baik, kaya bahan organik dengan kelembaban baik. Namun demikian melati juga banyak ditanam pada tanah yang bervariasi jenisnya. Untuk budidaya melati secara komersial diperlukan tanah yang remah, porus, berpasir dan juga kaya bahan organik yang telah terdekomposisi (Pizzetti dan Coaker, 1968).

                Umumnya bibit berasal dari stek cabang yang keras, dan setengah keras dengan panjang 5 atau 6 ruas. Bibit melati juga dapat diperoleh dengan cara perundukkan dari cabang basal. Untuk keperluan penanaman secara luas hendaknya dipilih bibit yang sudah mempunyai perakaran baik dan berdaun penuh. Bibit yang baik dapat diperoleh dengan pembibitan yang melalui pendederan di pot kantong plastik (polibag).

                    SENTRA PENANAMAN

                Di Indonesia Pusat penyebaran tanaman melati terkonsentrasi di Jawa Tengah, terutama di Kabupaten Pemalang, Purbalingga dan Tegal.

                    SYARAT PERTUMBUHAN

                Iklim
                • Curah hujan 112?119 mm/bulan dengan 6?9 hari hujan/bulan, serta mempunyai iklim dengan 2?3 bulan kering dan 5?6 bulan basah.
                • Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30 derajat C,
                • Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.
                • Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup mendapat sinar matahari.
                Media Tanam
                • Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), latosol dan andosol.
                • Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerasi dan drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan memiliki.
                • Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini adalah pH=5?7.
                Ketinggian Tempat

                Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian, tiap jenis melati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Melati putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat beradaptasi dengan baik hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, seperti di Kabupaten Tegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dataran menengah (0-700 m dpl).

                    PEDOMAN BUDIDAYA



                Pembibitan
                • Teknik Penyemaian Benih : Tancapkan tiap stek pada medium semai 10?15 cm/sepertiga dari panjang stek. Tutup permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan) agar udara tetap lembab.
                • Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
                        Penyiapan tempat semai:
                • Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran besar/polybag, medium semai (campuran tanah, pasir steril/bersih).
                • Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan air yang berlebihan.
                • Isikan medium semai ke dalam wadah hingga cukup penuh/setebal 20?30 cm. Siram medium semai dengan air bersih hingga basah.
                        Pemeliharaan bibit stek:
                • Lakukan penyiraman secara kontinu 1?2 kali sehari.
                • Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.
                • Pindahkan tanaman bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 1?23 bulan) ke dalam polybag berisi medium tumbuh campuran tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1).
                • Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan dan penyemprotan pestisida dosis rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.
                Pengolahan Media Tanam

                    Pembukaan Lahan
                • Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang tidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.
                • Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur, kemudian biarkan kering angin selama 15 hari
                • Pembentukan Bedengan : Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng 40?60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.
                • Pengapuran : Tanah yang pH-nya masam dapat diperbaiki melalui pengapuran, misalnya dengan kapur kalsit (CaCO3) dolomit {CaMg (CO3)2}, kapur bakar (Quick lime, CaO)/kapur hidrat (Slakked lime,{Ca(OH)2}. Fungsi/kegunaan pengapuran tanah masam adalah untuk menaikan pH tanah, serta untuk menambah unsur-unsur Ca dan Mg.
                • Pemupukan : Tebarkan pupuk kandang di atas permukaan tanah, kemudian campurkan secara merata dengan lapisan tanah atas. Pupuk kandang dimasukkan pada tiap lubang tanam sebanyak 1-3 kg. Dosis pupuk kandang berkisar antara 10-30 ton/hektar. Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150 cm. Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulan sebelum musim hujan.
                Teknik Penanaman
                • Penentuan Pola Tanam : Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan dulu disekitar kebun. Lahan kebun yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah 2 gram KCI per tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat sekitar 60.000 lubang tanam (jarak tanam 1,0 m x 1,5 m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kg TSP dan 120 kg KCI. Bersama pemberian pupuk dasar dapat ditambahkan ?pembenah dan pemantap tanah ? misalnya Agrovit, stratos/asam humus Gro-Mate
                • Pembuatan Lubang Tanam : Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap lubang tanam ditanami satu bibit melati. Tanah dekat pangkal batang bibit melati dipadatkan pelan-pelan agar akar-akarnya kontak langsung dengan air tanah.
                • Cara Penanaman : Jarak tanam dapat bervariasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya, kesuburan tanah dan jenis melati yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanam umumnya adalah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya adalah 40 x 40 cm, 40 x 25 cm dan 100 x 40 cm.
                Pemeliharaan Tanaman
                • Penjarangan dan Penyulaman. : Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang mati/tumbuhan abnormal dengan bibit yang baru. Teknik penyulaman prinsipnya sama dengan tata laksana penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam yang bibitnya perlu diganti. Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satu bulan setelah tanam. Penyulaman seawal mungkin bertujuan agar tidak menyulitkan pemeliharaan tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi seragam. Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.
                • Penyiangan : Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumput-rumput liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalam pemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.
                • Pemupukan : Pemupukan tanaman melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI 100-300 kg/ha/tahun. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara disebar merata dalam parit di antara barisan tanaman / sekeliling tajuk tanaman sedalam 10-15 cm, kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan pupuk ke dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman melati. Waktu pemupukan adalah sebelum melakukan pemangkasan, saat berbunga, sesuai panen bunga dan pada saat pertumbuhan kurang prima. Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk yang kaya unsur fosfor (P), seperti Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15) dan waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.
                • Pengairan dan Penyiraman : Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan ketersediaan air yang memadai. Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari sampai tanaman berumur kurang lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari. Cara pengairan adalah dengan disiram iar bersih tiap tanam hingga tanah di sekitar perakaran cukup basah.
                • Waktu Penyemprotan Pestisida : Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) dapat digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yang berpengaruh baik terhadap pembungaan melati adalah Cycocel (Chloromiguat) dan Etherel. Tanaman melati yang di semprot dengan Cycocel berkonsentrasi 5.000 ppm memberikan hasil bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman. Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan pada seluruh bagian tanaman, terutama bagian ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang dianjurkan 3.000 ppm?5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500 ppm bila digunakan Ethrel.
                • Lain-lain : Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada beberapa jenis melati, seperti varietas Grand Duke of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggi pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati putih (J.sambac) dapat di pangkas pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis melati Spnish Jasmine (J. officinale var. grandiflorum) setinggi 90 cm dari permukaan tanah.

                    PEMANGKASAN

                Pemangkasan tanaman pada umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik seperti yang diinginkan. Pemangkasan juga merupakan salah satu komponen dari aspek pemeliharaan tanaman apabila yang dipangkas adalah cabang atau ranting yang sakit atau kering dan juga cabang­ ? cabang yang tidak produktif.

                Pada tanaman melati, pemangkasan bentuk dilakukan untuk keperluan melati pot atau taman. J. sambac apabila dipangkas bagian cabang dan ranting-rantingnya secara cermat akan terbentuk tanaman yang mempunyai kanopi yang serasi terhadap ukuran pot dan wadahnya dengan jumlah bunga banyak. Demikian pula J. multiflorum dapat dibentuk menjadi tanaman yang tegak berbentuk payung dan penuh bunga dipermukaan kanopinya. Tanaman tersebut menjadi sangat indah dan menarik apabila diletakkan pada posisi yang tepat di dalam suatu taman.

                Budidaya melati J. sambac yang tidak produktif karena telah berumur tua dapat dilakukan pemangkasan berat sampai sekitar 1/4 ? 1/3 tinggi tanaman aslinya. Dengan pemangkasan berat tersebut akan tumbuh tunas-tunas baru yang produktif. Agar timbulnya tunas-tunas baru tersebut lebih cepat, pemangkasan tanaman perlu diikuti pengairan secara teratur dan pemberian pupuk secukupnya.

                Tanaman J. sambac yang masih produktif, dapat dilakukan pemangkasan pucuk setelah panen bunga selesai. Hal tersebut dimaksudkan untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru lebih cepat sehingga waktu berbunganya lebih awal.

                    HAMA DAN PENYAKIT

                Tanaman melati tidak luput dari gangguan hama dan penyakit, prinsip pokok dan prioritas teknologi pengendalian hama/penyakit .
                • Pengendalian hayati dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan musuh-musuh alami hama (parasitoid, perdator, patogen) dengan cara:
                • memasukan, memelihara, memperbanyak, melepaskan musuh alami
                • mengurangi penggunaan pestisida organik sintetik yang berspektrum lebar/menggunakan pestisida selektif.
                    Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:
                • penggunaan bibit sehat
                • sanitasi kebun
                • pemupukan berimbang
                • pergiliran tanaman yang baik
                • penggunaan tanaman perangkap,
                • Pestisida digunakan secara selektif berdasarkan hasil pemantauan dan analisis ekosistem.

                Hama

                    Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn) :
                • Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae, Stadium hama yang merusak tanaman melati adalah larva (ulat).
                • Pengendalian: dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang berat dan menyemprotkan insektisida yang mangkus dan sangkil, misalnya Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 E/Curacron 500 EC .
                    Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials) :
                • Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae.
                • Gejala: menyerang tanaman melati dengan cara menggerek/melubangi bunga sehingga gagal mekar. Kuntum bunga yang terserang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh cendawan hingga menyebabkan bunga busuk.
                • Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya Decis 2,5 EC, Cascade 50 EC/Lannate L .
                     Thips (Thrips sp) :
                • Thrips termasuk ordo Thysanoptera dan famili Thripidae. Hama ini bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag).
                • Gejala: menyerang dengan cara mengisap cairan permukaan daun, terutama daun-daun muda (pucuk).
                • Pengendalian: dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tanaman inang di sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida yang mangkus : Mesurol 50 WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol 25 SP .
                    Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus) :
                • Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera yang hidup secara berkelompok pada tangkai tunas dan permukaan daun bagian bawah hingga menyerupai sisik berwarna abu-abu atau kekuning-kuningan.
                • Gejala: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel tanaman dan mengeluarkan cairan madu.
                • Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus, misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.
                    Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis) :
                • Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae.
                • Ciri: ngengat berwarna coklat dengan panjang badan rata-rata 12 mm dan panjang rentang sayap kurang lebih 24 mm berwarna coklat dan berbintik-bintik transparan.
                • Gejala: menyerang daun tanaman melati identik (sama) dengan serangan ulat P. unionalis.
                    Hama Lain. :
                • Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes citri) dan kutu tempurung (scale insects). Bergerombol menempel pada cabang, ranting dan pucuk tanaman melati, menyerang dengan cara mengisap cairan sel, sehingga proses fotosintesis (metabolisme).
                • Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis 2,5 EC.
                Penyakit

                    Hawar daun :
                • Penyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn.
                • Gejala: menyerang daun yang letaknya dekat permukaan tanah.
                    Hawar benang (Thread Blight) :
                • Penyebab: jamur Marasmiellus scandens (Mass).
                • Gejala: menyerang bagian cabang tanaman melati.
                    Hawar bunga (Flower Blight) :
                • Penyebab: cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma sp,.
                • Gejala: bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang bunga berguguran.
                    Jamur upas :
                • Penyebab: jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang dan cabang tanaman melati yang berkayu.
                • Gejala: terjadi pembusukan yang tertutup oleh lapisan jamur berwarna merah jambu pada bagian tanaman terinfeksi apnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan capnodium adalah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.
                    Bercak daun :
                • Penyebab: jamur Pestaloita sp.
                • Gejala: bercak-bercak berwarna coklat sampai kehitam-hitaman pada daun.
                    Karat daun (Rust) :
                • Penyebab: ganggang hijau parasit (Cephaleuros virescens Kunze).
                • Gejala: pada permukaan daun yang terserang tampak bercak-bercak kemerah-merahaan dan berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang daun-daun yang tua.
                    Antraknosa :
                • Penyebab: jamur Colletotrichum gloesporoides.
                • Gejala : terbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang berwarna merah jambu, terutama pada bagian daun. Serangan berat dapat menyebabkan mati ujung (die back).
                    Penyakit lain :
                        Busuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh nematoda Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran tanaman. Virus kerdil penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman melati, belang-belang daun dan kadang-kadang seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.

                    PANEN



                Ciri dan Umur Panen

                Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran kuntum bunga sudah besar (maksimal) dan masih kuncup / setengah mekar. Produksi bunga melati di Indoensia masih rendah yakni berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari. Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah tanam. Panen bunga melati dapat dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali sampai umur tanaman antara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga tanaman melati umumnya berlangsung selama 12 minggu (3 bulan).

                Cara Panen

                Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni saat sinar matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.

                Periode Panen

                Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu. Selanjutnya, produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian meningkat lagi

                Prakiraan Produksi

                Produksi bunga melati paling tinggi biasanya pada musim hujan, di Jawa Tengah, panen bunga melati pada musim kemarau menghasilkan 5?10 kg/hektar, sedangkan panen pada musim hujan mencapai 300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati di Indonesia berkisar 1,5?2 ton/ha/th pada musim hujan dan 0,7-1 ton/ha/th pada musim kemarau.

                    PASCAPANEN

                Pengumpulan

                Di tempat terbuka bunga melati akan cepat layu untuk mempertahankan/memperpanjang kesegaran bunga tersebut dihamparkan dalam tampah beralas lembar plastik kemudian disimpan di ruangan bersuhu udara dingin antara 0-5 derajat C.


                reff : http://sukacai.blogspot.com/2013/05/cara-budidaya-bunga-melati.html
                Category: articles